Hari ini merupakan hari
yang sangat membahagiakan bagi ketiga sahabat itu. Mereka sudah siap dan segera
pergi meninggalkan istana baru. Tujuan mereka sekarang adalah desa mereka.
Chandra membuka kembali peta yang ia simpan dalam sakunya.
“Aku pikir, desa tempat
kita itu masih sangat jauh dari sini”, kata Chandra sambil melipat kembali peta
itu dan menyimpannya dalam saku.
“Kira-kira berapa hari
perjalanan?” tanya Tonny.
“Dua hari”, jawab
Chandra singkat.
“Ah... cukup melelahkan
juga”, Putri ikut-ikutan bicara. Mereka terus berjalan dan ketika tiba di
sebuah sungai, mereka minum sepuasnya.
Malam itu mereka kembali
bermalam di goa yang ada di dekat sungai, sebelum mereka melanjutkan
perjalanan. Dan keesokan harinya, mereka kembali melanjutkan perjalanan.
“Chandra, apakah kamu
yakin jalan ini benar?” Putri mulai ragu. Chandra melihat peta yang
dipegangnya.
“Aku rasa, jalan ini
benar. Lihatlah ini, tidak jauh dari sini ada sebuah bukit. Kita terpaksa
mendaki bukit itu”, Chandra menjelaskan.
“Aneh yach, waktu kita
pertama kali masuk hutan, rasanya kita tidak pernah melewati bukit”, Tonny
menjadi heran.
“Aku tidak tahu itu.
Tapi aku yakin, desa yang ada pada peta ini adalah desa tempat kita”, kata
Chandra meyakinkan.
“Baiklah, aku juga
meyakininya. Sekarang cepat, kita harus melajutkan perjalanan”. Tonny mengajak
kedua temannya berangkat.
Ketika sudah tiba di
kaki bukit, mereka duduk sejenak. Putri memijat-mijat kakinya.
“Ah... aku sudah capek.
Apakah perjalanan kita masih ajuh?” tanya Putri.
“Tidak juga”, jawab
Chandra singkat.
“Aku jadi terfikir,
bagaimana perasaan kakek dan nenek setelah dia tahu kita tersesat”. Tonny berbicara
sambil pandangannya menerawang jauh.
“Iya, tidak terasa
sudah satu minggu lebih kita berada di hutan ini”, Chandra menjadi sedih. “Siapa
mengira kita masih hidup”. Chandra mematahkan ranting yang ada di dekatnya.
“Iya, aku rasa mereka
pasti heran jika melihat kita kembali”, Putri menimpali.
“Yach sudah, ayo kita
lanjutkan perjalanan”, ajak Tonny. Sudah setengah hari merka berjalan. Namun,
desa yang diharapkan masih belum kelihatan. Tapi, mereka tak putus asa sampai
akhirnya, sebelum matahari terbenam, desa yang diharapkan sudah kelihatan.
“Hei, lihat. Kita susdah
hampir sampai”, Putri berteriak kegirangan. Dia mempercepat langkahnya.
“Iya, lihat pohon
kelapa itu”, kata Tonny. Dia juga sangat senang. Ketiga anak itu bahagia. Ternyata
jalan itu mengantarkan mereka ke kebun milik Kakek Tonny. Anak itu saling
mendahului. Mereka berlari-lari hingga memasuki kebun itu.
Di kejauhan tampak
kakeknya sedang memetik kacang panjang. Mereka tertawa senang dengan hampir
serentak mereka memanggil kakeknya. Namun kakek itu tidak mendengarnya.
“Kek, Kakek”. Putri kembali
berteriak. Kali ini kakeknya menoleh. Alangkah kaget dan herannya kakek itu
melihat ketiga cucunya. Tonny dan Putri berlari-lari mendapatkan kakeknya. Mereka
saling berpelukan. Chandra hanya tersenyum sambil memperhatikan kedua temannya
itu. Pikirannya melayang ke kota. Ia teringat pada kedua orang tuanya. Rasa rindu
mulai menghantui dan itu membuat ia merasa sedih.
Malamnya, rumah Kakek
Tonny ramai dipenuhi oleh teman-teman Tonny dan Chandra. Mereka ingin mendengar
cerita tentang petualangan ketiga temannya itu. Tonny, Chandra, dan Putri
dengan senang hati menceritakan apa yang telah terjadi.
“Wah, kalian tidak
tahu, kami menunggu kalian sampai sore”, kata Bobby.
“Benar nich?” Putri
bicara setengah bercanda.
“Iya, Put. Kamu tahu,
Budi sangat sedih karena sampai matahari hampir terbenam kalian belum juga
pulang”, Hendra membenarkan. Budi hanya tersenyum.
“Sejak kapan kamu
pandai bersedih, Bud?” Tonny mulai bercanda.
“Eh.... kamu nggak tau.
Dia sedih karena Putrinya juga ikut tersesat”, Bobby menimpali.
“Enak aja kamu bicara”.
Putri mulai berang.
“Maaf, Put. Aku hanya
bercanda. Itu aja kamu marah”. Bobby berkata sambil tersenyum.
“Iya, Put. Jangan suka
marah nanti cepat tua”, Chandra ikut-ikutan bicara. Mereka akhirnya tertawa. Malam
ini adalah malam pertama ketiga anak itu dapat berkumpul kembali dengan
teman-temannya. Mereka begitu gembira dan akhirnya malam itu menjadi malam yang
sangat menyenangkan. Apalagi dihiasi oleh bintang dan bulan, yang memperindah
suasana malam.
Serasa bagai mimpi,
karena akhirnya mereka dapat berkumpul dengan teman-temannya kembali. Pengalaman
dan kenangan yang dialaminya selama dalam hutan, dianggapnya sebagai sebuah
petualangan.
**** THE END ****