Jumat, 12 Februari 2016

Petualangan Tiga Sekawan (Bagian Akhir)


By on 15.00


~~ KUMPUL KEMBALI ~~

Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi ketiga sahabat itu. Mereka sudah siap dan segera pergi meninggalkan istana baru. Tujuan mereka sekarang adalah desa mereka. Chandra membuka kembali peta yang ia simpan dalam sakunya.
“Aku pikir, desa tempat kita itu masih sangat jauh dari sini”, kata Chandra sambil melipat kembali peta itu dan menyimpannya dalam saku.
“Kira-kira berapa hari perjalanan?” tanya Tonny.
“Dua hari”, jawab Chandra singkat.
“Ah... cukup melelahkan juga”, Putri ikut-ikutan bicara. Mereka terus berjalan dan ketika tiba di sebuah sungai, mereka minum sepuasnya.
Malam itu mereka kembali bermalam di goa yang ada di dekat sungai, sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Dan keesokan harinya, mereka kembali melanjutkan perjalanan.
“Chandra, apakah kamu yakin jalan ini benar?” Putri mulai ragu. Chandra melihat peta yang dipegangnya.
“Aku rasa, jalan ini benar. Lihatlah ini, tidak jauh dari sini ada sebuah bukit. Kita terpaksa mendaki bukit itu”, Chandra menjelaskan.
“Aneh yach, waktu kita pertama kali masuk hutan, rasanya kita tidak pernah melewati bukit”, Tonny menjadi heran.
“Aku tidak tahu itu. Tapi aku yakin, desa yang ada pada peta ini adalah desa tempat kita”, kata Chandra meyakinkan.
“Baiklah, aku juga meyakininya. Sekarang cepat, kita harus melajutkan perjalanan”. Tonny mengajak kedua temannya berangkat.
Ketika sudah tiba di kaki bukit, mereka duduk sejenak. Putri memijat-mijat kakinya.
“Ah... aku sudah capek. Apakah perjalanan kita masih ajuh?” tanya Putri.
“Tidak juga”, jawab Chandra singkat.
“Aku jadi terfikir, bagaimana perasaan kakek dan nenek setelah dia tahu kita tersesat”. Tonny berbicara sambil pandangannya menerawang jauh.
“Iya, tidak terasa sudah satu minggu lebih kita berada di hutan ini”, Chandra menjadi sedih. “Siapa mengira kita masih hidup”. Chandra mematahkan ranting yang ada di dekatnya.
“Iya, aku rasa mereka pasti heran jika melihat kita kembali”, Putri menimpali.
“Yach sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan”, ajak Tonny. Sudah setengah hari merka berjalan. Namun, desa yang diharapkan masih belum kelihatan. Tapi, mereka tak putus asa sampai akhirnya, sebelum matahari terbenam, desa yang diharapkan sudah kelihatan.
“Hei, lihat. Kita susdah hampir sampai”, Putri berteriak kegirangan. Dia mempercepat langkahnya.
“Iya, lihat pohon kelapa itu”, kata Tonny. Dia juga sangat senang. Ketiga anak itu bahagia. Ternyata jalan itu mengantarkan mereka ke kebun milik Kakek Tonny. Anak itu saling mendahului. Mereka berlari-lari hingga memasuki kebun itu.
Di kejauhan tampak kakeknya sedang memetik kacang panjang. Mereka tertawa senang dengan hampir serentak mereka memanggil kakeknya. Namun kakek itu tidak mendengarnya.
“Kek, Kakek”. Putri kembali berteriak. Kali ini kakeknya menoleh. Alangkah kaget dan herannya kakek itu melihat ketiga cucunya. Tonny dan Putri berlari-lari mendapatkan kakeknya. Mereka saling berpelukan. Chandra hanya tersenyum sambil memperhatikan kedua temannya itu. Pikirannya melayang ke kota. Ia teringat pada kedua orang tuanya. Rasa rindu mulai menghantui dan itu membuat ia merasa sedih.
Malamnya, rumah Kakek Tonny ramai dipenuhi oleh teman-teman Tonny dan Chandra. Mereka ingin mendengar cerita tentang petualangan ketiga temannya itu. Tonny, Chandra, dan Putri dengan senang hati menceritakan apa yang telah terjadi.
“Wah, kalian tidak tahu, kami menunggu kalian sampai sore”, kata Bobby.
“Benar nich?” Putri bicara setengah bercanda.
“Iya, Put. Kamu tahu, Budi sangat sedih karena sampai matahari hampir terbenam kalian belum juga pulang”, Hendra membenarkan. Budi hanya tersenyum.
“Sejak kapan kamu pandai bersedih, Bud?” Tonny mulai bercanda.
“Eh.... kamu nggak tau. Dia sedih karena Putrinya juga ikut tersesat”, Bobby menimpali.
“Enak aja kamu bicara”. Putri mulai berang.
“Maaf, Put. Aku hanya bercanda. Itu aja kamu marah”. Bobby berkata sambil tersenyum.
“Iya, Put. Jangan suka marah nanti cepat tua”, Chandra ikut-ikutan bicara. Mereka akhirnya tertawa. Malam ini adalah malam pertama ketiga anak itu dapat berkumpul kembali dengan teman-temannya. Mereka begitu gembira dan akhirnya malam itu menjadi malam yang sangat menyenangkan. Apalagi dihiasi oleh bintang dan bulan, yang memperindah suasana malam.
Serasa bagai mimpi, karena akhirnya mereka dapat berkumpul dengan teman-temannya kembali. Pengalaman dan kenangan yang dialaminya selama dalam hutan, dianggapnya sebagai sebuah petualangan.



**** THE END ****

0 komentar:

Posting Komentar