Kamis, 11 Februari 2016

Petualangan Tiga Sekawan (Bagian 7)


By on 15.00


~~ MATINYA HARIMAU BELANG ~~

Ketika fajar menjelang, keempat sahabat itu segera pergi untuk mencari tempat Harimau Belang. Ketika berada di tepi sungai mereka mulai bingung.
“Bagaimana kita mau menyeberang, nich?” Putri membuka suara. Chandra memperhatikan keadaan di sekitarnya. Teli yang berada di pundaknya turut memperhatikan.
“Hei, lihat! Di hulu sungai ada sebuah rakit. Kurasa itu dapat digunakan”, kata Chandra.
“Ayo kita ke sana”, ajak Tonny. Mereka segera pergi ke hulu untuk mengambil rakit itu. Chandra memperhatikan keadaan sekitarnya. Dia takut kalau-kalau tentara katak mengintainya. Setelah dirasa aman, mereka mulai menyeberang.
Setelah tiba di seberang sungai, mereka melanjutkan perjalanan. Dan di suatu tempat mereka berhenti untuk beristirahat. Chandra kembali membuka peta, dan memperhatikan dengan seksama.
“Tempat Harimau Belang itu tidak jauh dari sini. Jadi kita harus berhati-hati”, kata Chandra. Temannya mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Aku rasa kita jangan melalui jalan setapak. Sebab aku khawatir segerombolan katak akan lalu di sini”, kata Teli memberi saran.
“Baiklah, kita melewati semak. Sambil tetap waspada”, kata Chandra. Mereka mulai memasuki semak-semak.
Tidak lama berjalan, mereka tiba di tanah lapang. Tempat itu hanya ditumbuhi ilalang. Tidak jauh dari tempat itu ada sebuah bangunan. Chandra dan teman-temannya mendekati bangunan itu. Mereka menyuruh Teli melihat keadaan sekitarnya. Setelah dirasa aman, mereka memasuki gedung itu. Rumah besar itu sepi seolah tak berpenghuni. Mereka meneliti ruangan demi ruangan. Namun, tidak ada penghuninya sama sekali.
Ketika mereka pergi ke dapur, mereka menemukan seekor tikus yang terikat. Chandra segera melepaskan ikatan tikus itu.
“Hai, Tikus. Ke mana Harimau Belang pergi?” tanyanya setelah tikus itu bebas.
“Mereka sudah pindah ke istana yang baru”, jawab Tikus dengan ketakutan.
“Apakah kau tahu, di mana istana baru itu?” Tonny bertanya.
“Kalau tidak salah, tidak jauh dari tempat ini. Kalian ikuti saja jalan setapak. Tapi aku sarankan kalian harus hati-hati”, kata Tikus menjelaskan.
“Baiklah, terima kasih. Kami segera pergi”, kata Chandra. Setelah itu mereka meninggalkan gedung yang sudah tak berpenghuni itu.
Benar saja. Tidak lama berjalan, mereka menemukan sebuah taman yang indah. Mereka terkagum-kagum melihat keindahan tempat itu.
“Ah,,, rasanya seperti mimpi”, kata Putri. Teman-temannya mengiyakan.
“Hei, lihat di sana ada sebatang jambu yang sedang berbuah”, Tonny menunjuk sesuatu.
“Iya, buahnya lebat sekali. Aku jadi lapar”, kata Putri.
“Kalau begitu, ayo kita ambil”, ajak Tonny.
“Tunggu dulu, kita harus hati-hati. Aku rasa, kita sudah memasuki kawasan istana itu”, kata Chandra. Temannya diam sebentar. Ada perasaan takut menyelubunginya. “Teli, coba kamu ambilkan buah jambu itu. Aku rasa kamu pasti bisa”, Chandra meminta bantuan Bajing sahabatnya. Bajing itu segera pergi dan dengan hati-hati dia mengambil buah jambu itu.
Setelah mereka makan jambu, si Teli melompat kembali untuk meneliti keadaan sekitarnya. Tidak lama kemudian dia sudah kembali.
“Istana Harimau Belang tidak jauh dari sini. Coba kalian lihat di sana, di lembah itulah istananya dibangun”, Teli menjelaskan. Teman-temannya memperhatikan arah yang ditunjuk Teli.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Chandra tak mengerti.
“Kita harus ke sana. Aku lihat pengawasannya tidak terlalu ketat”. Teli memberi saran.
“Baiklah, kita pergi sekarang”. Mereka mulai bergerak menuju istana itu. Dan dengan hati-hati mereka menuruni lembah.
“Tonny dan Putri, kalian berdua pergi meneliti ke arah belakang. Aku dan Teli akan meneliti arah depan. Ok! Kita akan bertemu kembali di sini. Tapi ingat, kalian harus hati-hati”. Chandra memberi arahan pada teman-temannya. Kedua temannya segera pergi. Begitu juga dengan Chandra dan Teli.
Perlahan-lahan, Putri dan Tonny berjalan menuju belakang istana. Namun, sayangnya kedua anak itu kurang hati-hati. Sehingga langkahnya diketahui oleh dua ekor katak yang sedang bertugas. Kedua anak itu dibawa menghadap raja mereka. Harimau Belang tersenyum senang, dua orang manusia telah menjadi tawanannya.
“Selamat datang di istanaku, hai manusia”. Suara Harimau Belang menggema. Putri dan Tonny semakin ketakutan. “Apa maksud kalian datang ke sini?” tanya Harimau Belang itu. Putri dan Tonny hanya diam membisu. Harimau Belang menjadi berang. “Pengawal!! Bawa mereka ke penjara”, katanya setelah diam sesaat. Dua ekor katak datang dan membawa Tonny dan Putri ke ruang tahanan.
“Sial, kita tertangkap lagi”, kata Tonny. Dia betul-betul kesal.
“Ini salah kita juga, kita kurang hati-hati”. Putri menimpali.
“Bagaimana dengan Chandra. Aku harap dia selamat”. Tonny mulai khawatir dengan keadaan temannya.
Lain halnya dengan Chandra. Dia sudah lama menunggu kedua sahabatnya. Namun, yang ditunggu belum juga tiba.
“Di mana Tonny dan Putri? Mengapa mereka lama sekali?” pikirnya. Tiba-tiba dia dikejutkan oleh si Teli.
“Gawat, kedua temanmu tertangkap”. Kata Teli dengan serius.
“Apa!!? Tertangkap? Dari mana kamu tahu?” tanya Chandra merasa tak percaya.
“Secara tidak langsung, aku mendengar pembicaraan dua ekor katak. Mereka mengatakan telah menangkap dua orang bangsa manusia. Jadi, kupikir dua manusia itu adalah temanmu”, Teli menjelaskan. Chandra terdiam, dia menjadi sedih dan bingung.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku jadi bingung”. Kata Chandra tak mengerti.
“Kita harus cepat-cepat membubuhkan obat itu ke dalam minuman Harimau Belang”, Teli menyarankan.
“Tapi, bagaimana caranya?” Chandra semakin bingung. Teli berpikir sesaat.
“Aku mendengar kabar, besok pagi-pagi sekali Harimau Belang akan mengirim tentaranya untuk mencarimu. Termasuk gerombolan katak itu. Nah, pada waktu mereka pergi, kita menyelinap masuk ke kamarnya. Dan diam-diam kita masukkan obat itu pada minumannya. Bagaimana?” Teli mengharapkan tanggapan Chandra.
“Tapi, apakah itu tidak berbahaya?” Chandra ragu-ragu.
“Kita harus berhati-hati. Percayalah, kita pasti selamat”. Teli meyakinkan teman manusianya itu. Chandra pun menyetujui rencananya, dan mereka tetap tinggal di sana sampai pagi esok tiba.
Benar saja, keesokan harinya, segerombolan katak dan yang lainnya segera pergi meninggalkan tempat itu. Setelah dirasa aman, Chandra dan Teli mulai mendekati istana dan menyelinap masuk. Kedua sahabat itu agak ragu untuk membuka pintu kamar Harimau Belang. Tiba-tiba muncul seekor tikus membawa baskom berisi air. Chandra dan Teli cepat bersembunyi. Tikus itu membuka pintu kamar. Tampak Harimau Belang tertidur lelap. Perlahan-lahan Teli dan Chandra masuk dan bersembunyi di pot-pot bunga yang ada di kamar itu. Pot itu besar sekali sehingga tubuh Chandra tak kelihatan.
Setelah tikus pergi, perlahan-lahan Chandra mengeluarkan serbuk yang diberikan oleh Bekantan tua. Kemudian dia meminta bantuan Teli menuangkan serbuk itu ke dalam baskom yang berisi air. Teli melaksanakan tugas dengan hati-hati.
Tidak berapa lama kemudian Harimau Belang menggeliat bangun. Teli terkejut, dia segera melompat untuk bersembunyi. Untung saja Harimau Belang tidak melihatnya. Harimau Belang segera mendekati baskom dan meminum air itu sampai habis. Chandra dan Teli memperhatikannya dengan hati yang berdebar-debar. Lama mereka memperhatikan namun tidak ada reaksi apa pun dari Harimau Belang. Namun, alangkah kagetnya Chandra ketika mendengar Harimau Belang berteriak-teriak kesakitan.
Tanpa rasa takut, Chandra dan Teli keluar dari tempat persembunyiannya untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata obat itu sangat mujarab. Dalam sekelip mata, Harimau Belang sudah tidak bernyawa lagi. Chandra merasa lega. Dia segera membebaskan kedua temannya.



**********

0 komentar:

Posting Komentar