Ketika fajar menjelang,
keempat sahabat itu segera pergi untuk mencari tempat Harimau Belang. Ketika
berada di tepi sungai mereka mulai bingung.
“Bagaimana kita mau
menyeberang, nich?” Putri membuka suara. Chandra memperhatikan keadaan di
sekitarnya. Teli yang berada di pundaknya turut memperhatikan.
“Hei, lihat! Di hulu
sungai ada sebuah rakit. Kurasa itu dapat digunakan”, kata Chandra.
“Ayo kita ke sana”,
ajak Tonny. Mereka segera pergi ke hulu untuk mengambil rakit itu. Chandra
memperhatikan keadaan sekitarnya. Dia takut kalau-kalau tentara katak
mengintainya. Setelah dirasa aman, mereka mulai menyeberang.
Setelah tiba di
seberang sungai, mereka melanjutkan perjalanan. Dan di suatu tempat mereka
berhenti untuk beristirahat. Chandra kembali membuka peta, dan memperhatikan
dengan seksama.
“Tempat Harimau Belang
itu tidak jauh dari sini. Jadi kita harus berhati-hati”, kata Chandra. Temannya
mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Aku rasa kita jangan
melalui jalan setapak. Sebab aku khawatir segerombolan katak akan lalu di
sini”, kata Teli memberi saran.
“Baiklah, kita melewati
semak. Sambil tetap waspada”, kata Chandra. Mereka mulai memasuki semak-semak.
Tidak lama berjalan,
mereka tiba di tanah lapang. Tempat itu hanya ditumbuhi ilalang. Tidak jauh
dari tempat itu ada sebuah bangunan. Chandra dan teman-temannya mendekati
bangunan itu. Mereka menyuruh Teli melihat keadaan sekitarnya. Setelah dirasa
aman, mereka memasuki gedung itu. Rumah besar itu sepi seolah tak berpenghuni.
Mereka meneliti ruangan demi ruangan. Namun, tidak ada penghuninya sama sekali.
Ketika mereka pergi ke
dapur, mereka menemukan seekor tikus yang terikat. Chandra segera melepaskan
ikatan tikus itu.
“Hai, Tikus. Ke mana
Harimau Belang pergi?” tanyanya setelah tikus itu bebas.
“Mereka sudah pindah ke
istana yang baru”, jawab Tikus dengan ketakutan.
“Apakah kau tahu, di
mana istana baru itu?” Tonny bertanya.
“Kalau tidak salah,
tidak jauh dari tempat ini. Kalian ikuti saja jalan setapak. Tapi aku sarankan
kalian harus hati-hati”, kata Tikus menjelaskan.
“Baiklah, terima kasih.
Kami segera pergi”, kata Chandra. Setelah itu mereka meninggalkan gedung yang
sudah tak berpenghuni itu.
Benar saja. Tidak lama
berjalan, mereka menemukan sebuah taman yang indah. Mereka terkagum-kagum
melihat keindahan tempat itu.
“Ah,,, rasanya seperti
mimpi”, kata Putri. Teman-temannya mengiyakan.
“Hei, lihat di sana ada
sebatang jambu yang sedang berbuah”, Tonny menunjuk sesuatu.
“Iya, buahnya lebat
sekali. Aku jadi lapar”, kata Putri.
“Kalau begitu, ayo kita
ambil”, ajak Tonny.
“Tunggu dulu, kita
harus hati-hati. Aku rasa, kita sudah memasuki kawasan istana itu”, kata
Chandra. Temannya diam sebentar. Ada perasaan takut menyelubunginya. “Teli,
coba kamu ambilkan buah jambu itu. Aku rasa kamu pasti bisa”, Chandra meminta
bantuan Bajing sahabatnya. Bajing itu segera pergi dan dengan hati-hati dia
mengambil buah jambu itu.
Setelah mereka makan
jambu, si Teli melompat kembali untuk meneliti keadaan sekitarnya. Tidak lama
kemudian dia sudah kembali.
“Istana Harimau Belang
tidak jauh dari sini. Coba kalian lihat di sana, di lembah itulah istananya
dibangun”, Teli menjelaskan. Teman-temannya memperhatikan arah yang ditunjuk
Teli.
“Apa yang harus kita
lakukan sekarang?” Chandra tak mengerti.
“Kita harus ke sana.
Aku lihat pengawasannya tidak terlalu ketat”. Teli memberi saran.
“Baiklah, kita pergi
sekarang”. Mereka mulai bergerak menuju istana itu. Dan dengan hati-hati mereka
menuruni lembah.
“Tonny dan Putri,
kalian berdua pergi meneliti ke arah belakang. Aku dan Teli akan meneliti arah
depan. Ok! Kita akan bertemu kembali di sini. Tapi ingat, kalian harus hati-hati”.
Chandra memberi arahan pada teman-temannya. Kedua temannya segera pergi. Begitu
juga dengan Chandra dan Teli.
Perlahan-lahan, Putri
dan Tonny berjalan menuju belakang istana. Namun, sayangnya kedua anak itu
kurang hati-hati. Sehingga langkahnya diketahui oleh dua ekor katak yang sedang
bertugas. Kedua anak itu dibawa menghadap raja mereka. Harimau Belang tersenyum
senang, dua orang manusia telah menjadi tawanannya.
“Selamat datang di
istanaku, hai manusia”. Suara Harimau Belang menggema. Putri dan Tonny semakin
ketakutan. “Apa maksud kalian datang ke sini?” tanya Harimau Belang itu. Putri
dan Tonny hanya diam membisu. Harimau Belang menjadi berang. “Pengawal!! Bawa
mereka ke penjara”, katanya setelah diam sesaat. Dua ekor katak datang dan
membawa Tonny dan Putri ke ruang tahanan.
“Sial, kita tertangkap
lagi”, kata Tonny. Dia betul-betul kesal.
“Ini salah kita juga,
kita kurang hati-hati”. Putri menimpali.
“Bagaimana dengan
Chandra. Aku harap dia selamat”. Tonny mulai khawatir dengan keadaan temannya.
Lain halnya dengan
Chandra. Dia sudah lama menunggu kedua sahabatnya. Namun, yang ditunggu belum
juga tiba.
“Di mana Tonny dan
Putri? Mengapa mereka lama sekali?” pikirnya. Tiba-tiba dia dikejutkan oleh si
Teli.
“Gawat, kedua temanmu
tertangkap”. Kata Teli dengan serius.
“Apa!!? Tertangkap?
Dari mana kamu tahu?” tanya Chandra merasa tak percaya.
“Secara tidak langsung,
aku mendengar pembicaraan dua ekor katak. Mereka mengatakan telah menangkap dua
orang bangsa manusia. Jadi, kupikir dua manusia itu adalah temanmu”, Teli
menjelaskan. Chandra terdiam, dia menjadi sedih dan bingung.
“Jadi, apa yang harus
kita lakukan sekarang? Aku jadi bingung”. Kata Chandra tak mengerti.
“Kita harus cepat-cepat
membubuhkan obat itu ke dalam minuman Harimau Belang”, Teli menyarankan.
“Tapi, bagaimana
caranya?” Chandra semakin bingung. Teli berpikir sesaat.
“Aku mendengar kabar,
besok pagi-pagi sekali Harimau Belang akan mengirim tentaranya untuk mencarimu.
Termasuk gerombolan katak itu. Nah, pada waktu mereka pergi, kita menyelinap masuk
ke kamarnya. Dan diam-diam kita masukkan obat itu pada minumannya. Bagaimana?”
Teli mengharapkan tanggapan Chandra.
“Tapi, apakah itu tidak
berbahaya?” Chandra ragu-ragu.
“Kita harus
berhati-hati. Percayalah, kita pasti selamat”. Teli meyakinkan teman manusianya
itu. Chandra pun menyetujui rencananya, dan mereka tetap tinggal di sana sampai
pagi esok tiba.
Benar saja, keesokan
harinya, segerombolan katak dan yang lainnya segera pergi meninggalkan tempat
itu. Setelah dirasa aman, Chandra dan Teli mulai mendekati istana dan
menyelinap masuk. Kedua sahabat itu agak ragu untuk membuka pintu kamar Harimau
Belang. Tiba-tiba muncul seekor tikus membawa baskom berisi air. Chandra dan
Teli cepat bersembunyi. Tikus itu membuka pintu kamar. Tampak Harimau Belang tertidur
lelap. Perlahan-lahan Teli dan Chandra masuk dan bersembunyi di pot-pot bunga
yang ada di kamar itu. Pot itu besar sekali sehingga tubuh Chandra tak
kelihatan.
Setelah tikus pergi,
perlahan-lahan Chandra mengeluarkan serbuk yang diberikan oleh Bekantan tua.
Kemudian dia meminta bantuan Teli menuangkan serbuk itu ke dalam baskom yang
berisi air. Teli melaksanakan tugas dengan hati-hati.
Tidak berapa lama
kemudian Harimau Belang menggeliat bangun. Teli terkejut, dia segera melompat
untuk bersembunyi. Untung saja Harimau Belang tidak melihatnya. Harimau Belang
segera mendekati baskom dan meminum air itu sampai habis. Chandra dan Teli
memperhatikannya dengan hati yang berdebar-debar. Lama mereka memperhatikan
namun tidak ada reaksi apa pun dari Harimau Belang. Namun, alangkah kagetnya
Chandra ketika mendengar Harimau Belang berteriak-teriak kesakitan.
Tanpa rasa takut,
Chandra dan Teli keluar dari tempat persembunyiannya untuk melihat apa yang
terjadi. Ternyata obat itu sangat mujarab. Dalam sekelip mata, Harimau Belang
sudah tidak bernyawa lagi. Chandra merasa lega. Dia segera membebaskan kedua
temannya.
**********
0 komentar:
Posting Komentar