Rabu, 10 Februari 2016

Petualangan Tiga Sekawan (Bagian 6)


By on 15.00


~~ TUGAS MULIA ~~

Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Kali ini, mereka lebih berhati-hati. Namun, alangkah kagetnya mereka. Setelah tahu bahwa jalan yang mereka lewati ternyata membawa mereka ke rumah si Bekantan tua itu lagi.
Namun, kali ini rumah itu sudah sepi tak berpenghuni. Mereka jadi heran.
“Di mana Kakek Bekantan itu?” tanya Putri pada temannya.
“Aku tidak tahu. Tapi aku rasa tentu masih di sekitar sini. “, kata Chandra sambil memperhatikan keadaan di sekitarnya.
“Hei, lihat. Kakek itu ada di sana”, kata Tonny. Mereka segera menuju ke sana. Tampak kakek Bekantan itu duduk termenung.
“Kek, kami datang”, kata Putri. Kakek Bekantan itu tersenyum senang.
“Syukurlah kalian datang kembali. Aku sudah lama menunggu kalian”, kata Kakek Bekantan itu. Chandra membuka kunci pintu yang ada di kurungan itu. “Aku hanya berharap pada kalian”, kata Kakek Bekantan itu. Chandra dan kedua temannya tidak mengerti sama sekali.
“Maksud Kakek?” tanya Tonny penasaran.
“Aku berharap kalian menghilangkan kesaktian Harimau Belang. Sudah tiba saatnya kalian membebaskan binatang-binatang yang ada di hutan ini”, kata Kakek Bekantan itu.
“Bagaimana cara kami menghilangkan kesaktiannya, Kek. Sedangkan kami tidak tau apa-apa?” Tanya Chandra tak mengerti.
“Aku mempunyai obat untuk menghilangkan kesaktiannya. Obat ini kalian masukkan ke dalam air minumannya. Kalian harus berhati-hati dalam melakukannya. Sebab kalau sampai ketahuan, kalian bisa dibunuh”, kata Bekantan itu meyakinkan.
“Tapi, di manakah Harimau Belang itu berada?” tanya Putri. “Dan juga, kami ingin mencari jalan keluar dari hutan ini. Apakah Kakek tahu jalan keluarnya?” tanya Putri kemudian.
“Masalah itu kalian jangan bimbang. Aku akan memberitahu kalian asalkan kalian mau menunaikan permintaanku”, kata Bekantan itu. Anak-anak menyetujui.
Kakek Bekantan itu mengambil sebuah bungkusan berisi serbuk dan sebuah peta.
“Nah, ambillah obat ini dan kalian gunakan seperti kataku tadi. Dan ini adalah sebuah peta. Kalian bisa menggunakan peta ini untuk mencari tempat Harimau Belang berada dan di sini juga ada jalan untuk keluar dari hutan ini. Cepatlah kalian pergi dan ingat, kalian harus hati-hati”, Kakek Bekantan itu kemudian menghentikan ucapannya.
Chandra dan kedua temannya bergegas meninggalkan tempat itu. Perasaan mereka bercampur aduk. Antara senang dan tegang. Mereka senang karena ada harapan untuk keluar dari hutan rimba yang telah membuat mereka tersesat. Namun, dibalik itu mereka dituntut untuk menumpas kejahatan. Itulah yang membuat mereka tegang.
“Kita istirahat dulu”, ajak Chandra. Kedua temannya menyetujui. Mereka lalu duduk di bawah pohon yang rindang. Keadaan sangat sepi. Hanya suara burung-burung yang berkicau, menghiasi suasana siang itu.
Chandra membuka peta pemberian Kakek Bekantan itu. Dia memperhatikannya dengan seksama.
“Berarti tidak jauh dari tempat ini, ada sungai”, kata Chandra. Temannya memperhatikan peta itu. “Kita harus menyeberang sungai untuk pergi ke tempat Harimau Belang”, Chandra melanjutkan.
“Aku jadi takut” kata Tonny. Chandra memperhatikannya dengan kesal. “Aku takut kita tidak berhasil”, Tonny melanjutkan kata-katanya.
“Setidak-tidaknya kita harus mencoba”, kata Chandra meyakinkan. “Kita harus segera pergi. Kalau tidak, nanti kita kemalaman”, Chandra mengajak kedua temannya.
“Nanti kita bermalam di mana?” tanya Putri. Chandra kembali memperhatikan peta.
“Tidak jauh dari sungai itu ada sebuah goa. Mungkin kita harus bermalam di sana sambil menunggu pagi esok tiba”. Chandra segera mengajak kedua temannya pergi dari tempat itu.
Hampir satu jam lamanya mereka berjalan. Tibalah mereka di sebuah sungai. Airnya begitu jernih dan sejuk. Mereka mencuci muka dan sebagainya untuk menyegarkan badan. Sekali-sekali mereka minum sebagai pelepas dahaga. Setelah puas, tiga sekawan itu segera pergi untuk mencari goa seperti yang ditulis pada peta. Ketika matahari sudah mulai condong ke Barat, akhirnya goa itu dapat ditemukan.
Putri merasa senang di tepi sungai. Dia bermain-main sambil memperhatikan ikan-ikan yang berenang. Tanpa disadarinya ternyata seekor katak memperhatikan gerak-geriknya.
“Putri, ayo kembali ke goa. Lihat, matahari sudah hampir terbenam”, ajak Tonny. Putri segera bangkit dan bergegas menuju goa.
Ketika matahari mulai terbenam, mereka menghidupkan api unggun sebagai penerang. Mereka membaringkan tubuhnya di atas bebatuan yang ada di dalam goa. Tidak lama kemudian, keadaan menjadi sunyi. Chandra memperhatikan kedua temannya yang sudah terlelap tidur. Dia tersenyum, pikirannya melayang ke kota di mana dia tinggal. Dia lalu termenung, perasaan sedih mulai menghantui. Dia teringat ayah dan ibunya.
“Bagaimana perasaan mereka, setelah tahu aku tersesat di hutan. Tentunya mereka akan sedih”, pikir Chandra. Namun, di sebalik itu dia merasa senang. Sebab liburan panjangnya kali ini cukup menegangkan.
Tiba-tiba telinganya menangkap suatu bunyi-bunyi yang sangat perlahan sekali. Chandra semakin memasang telinganya. Dia mulai waspada akan datangnya bahaya. Sengaja dia tidak membangunkan kedua temannya. Perlahan-lahan Chandra keluar dan betapa kagetnya dia, setelah mendengar suara memanggilnya.
“Siapa kamu?” tanya Chandra tetap waspada.
“Aku seekor Bajing hutan. Namaku Teli”, kata Bajing itu. Chandra mencari ke sana ke mari. Ternyata Teli berada di sampingnya yaitu di sebuah batu besar.
“Apa tujuanmu datang ke mari?” Chandra bertanya.
“Aku ingin memberitahukan sesuatu. Ketahuilah, bahwa sebentar lagi segerombolan katak akan datang kemari. Mereka ingin menangkap kalian”, Teli menjelaskan.
“Bagaimana mereka tahu kami berada di sini?” Chandra menjadi heran.
“Seekor katak telah melihat seorang temanmu bermain di sungai. Demi keselamatan kalian cepatlah tinggalkan tempat ini”, Teli semakin kuatir.
“Tapi, kami harus pergi ke mana? Kami tidak tahu keadaan tempat ini”, Chandra semakin gelisah. Dia jadi bingung.
“Bangunkan teman-temanmu dan ikutlah aku. Kalian pasti selamat”, Teli memberikan kepastian. Tanpa berpikir panjang Chandra segera membangunkan kedua temannya. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan tempat itu, menuju ke suatu tempat yang aman. Akhirnya ketiga anak itu selamat. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Teli yang telah menolong mereka. Teli pun akhirnya menjadi sahabat mereka dan siap membantu untuk membunuh Harimau Belang.



**********

0 komentar:

Posting Komentar