Keesokan harinya,
mereka melanjutkan perjalanan mereka. Kali ini, mereka lebih berhati-hati.
Namun, alangkah kagetnya mereka. Setelah tahu bahwa jalan yang mereka lewati
ternyata membawa mereka ke rumah si Bekantan tua itu lagi.
Namun, kali ini rumah
itu sudah sepi tak berpenghuni. Mereka jadi heran.
“Di mana Kakek Bekantan
itu?” tanya Putri pada temannya.
“Aku tidak tahu. Tapi
aku rasa tentu masih di sekitar sini. “, kata Chandra sambil memperhatikan
keadaan di sekitarnya.
“Hei, lihat. Kakek itu
ada di sana”, kata Tonny. Mereka segera menuju ke sana. Tampak kakek Bekantan itu
duduk termenung.
“Kek, kami datang”,
kata Putri. Kakek Bekantan itu tersenyum senang.
“Syukurlah kalian
datang kembali. Aku sudah lama menunggu kalian”, kata Kakek Bekantan itu.
Chandra membuka kunci pintu yang ada di kurungan itu. “Aku hanya berharap pada
kalian”, kata Kakek Bekantan itu. Chandra dan kedua temannya tidak mengerti
sama sekali.
“Maksud Kakek?” tanya
Tonny penasaran.
“Aku berharap kalian
menghilangkan kesaktian Harimau Belang. Sudah tiba saatnya kalian membebaskan
binatang-binatang yang ada di hutan ini”, kata Kakek Bekantan itu.
“Bagaimana cara kami
menghilangkan kesaktiannya, Kek. Sedangkan kami tidak tau apa-apa?” Tanya
Chandra tak mengerti.
“Aku mempunyai obat
untuk menghilangkan kesaktiannya. Obat ini kalian masukkan ke dalam air
minumannya. Kalian harus berhati-hati dalam melakukannya. Sebab kalau sampai
ketahuan, kalian bisa dibunuh”, kata Bekantan itu meyakinkan.
“Tapi, di manakah
Harimau Belang itu berada?” tanya Putri. “Dan juga, kami ingin mencari jalan
keluar dari hutan ini. Apakah Kakek tahu jalan keluarnya?” tanya Putri
kemudian.
“Masalah itu kalian
jangan bimbang. Aku akan memberitahu kalian asalkan kalian mau menunaikan
permintaanku”, kata Bekantan itu. Anak-anak menyetujui.
Kakek Bekantan itu
mengambil sebuah bungkusan berisi serbuk dan sebuah peta.
“Nah, ambillah obat ini
dan kalian gunakan seperti kataku tadi. Dan ini adalah sebuah peta. Kalian bisa
menggunakan peta ini untuk mencari tempat Harimau Belang berada dan di sini
juga ada jalan untuk keluar dari hutan ini. Cepatlah kalian pergi dan ingat,
kalian harus hati-hati”, Kakek Bekantan itu kemudian menghentikan ucapannya.
Chandra dan kedua
temannya bergegas meninggalkan tempat itu. Perasaan mereka bercampur aduk.
Antara senang dan tegang. Mereka senang karena ada harapan untuk keluar dari
hutan rimba yang telah membuat mereka tersesat. Namun, dibalik itu mereka
dituntut untuk menumpas kejahatan. Itulah yang membuat mereka tegang.
“Kita istirahat dulu”,
ajak Chandra. Kedua temannya menyetujui. Mereka lalu duduk di bawah pohon yang
rindang. Keadaan sangat sepi. Hanya suara burung-burung yang berkicau,
menghiasi suasana siang itu.
Chandra membuka peta
pemberian Kakek Bekantan itu. Dia memperhatikannya dengan seksama.
“Berarti tidak jauh
dari tempat ini, ada sungai”, kata Chandra. Temannya memperhatikan peta itu.
“Kita harus menyeberang sungai untuk pergi ke tempat Harimau Belang”, Chandra
melanjutkan.
“Aku jadi takut” kata
Tonny. Chandra memperhatikannya dengan kesal. “Aku takut kita tidak berhasil”, Tonny
melanjutkan kata-katanya.
“Setidak-tidaknya kita
harus mencoba”, kata Chandra meyakinkan. “Kita harus segera pergi. Kalau tidak,
nanti kita kemalaman”, Chandra mengajak kedua temannya.
“Nanti kita bermalam di
mana?” tanya Putri. Chandra kembali memperhatikan peta.
“Tidak jauh dari sungai
itu ada sebuah goa. Mungkin kita harus bermalam di sana sambil menunggu pagi
esok tiba”. Chandra segera mengajak kedua temannya pergi dari tempat itu.
Hampir satu jam lamanya
mereka berjalan. Tibalah mereka di sebuah sungai. Airnya begitu jernih dan
sejuk. Mereka mencuci muka dan sebagainya untuk menyegarkan badan.
Sekali-sekali mereka minum sebagai pelepas dahaga. Setelah puas, tiga sekawan
itu segera pergi untuk mencari goa seperti yang ditulis pada peta. Ketika matahari
sudah mulai condong ke Barat, akhirnya goa itu dapat ditemukan.
Putri merasa senang di
tepi sungai. Dia bermain-main sambil memperhatikan ikan-ikan yang berenang.
Tanpa disadarinya ternyata seekor katak memperhatikan gerak-geriknya.
“Putri, ayo kembali ke
goa. Lihat, matahari sudah hampir terbenam”, ajak Tonny. Putri segera bangkit
dan bergegas menuju goa.
Ketika matahari mulai
terbenam, mereka menghidupkan api unggun sebagai penerang. Mereka membaringkan
tubuhnya di atas bebatuan yang ada di dalam goa. Tidak lama kemudian, keadaan
menjadi sunyi. Chandra memperhatikan kedua temannya yang sudah terlelap tidur.
Dia tersenyum, pikirannya melayang ke kota di mana dia tinggal. Dia lalu
termenung, perasaan sedih mulai menghantui. Dia teringat ayah dan ibunya.
“Bagaimana perasaan
mereka, setelah tahu aku tersesat di hutan. Tentunya mereka akan sedih”, pikir
Chandra. Namun, di sebalik itu dia merasa senang. Sebab liburan panjangnya kali
ini cukup menegangkan.
Tiba-tiba telinganya
menangkap suatu bunyi-bunyi yang sangat perlahan sekali. Chandra semakin
memasang telinganya. Dia mulai waspada akan datangnya bahaya. Sengaja dia tidak
membangunkan kedua temannya. Perlahan-lahan Chandra keluar dan betapa kagetnya
dia, setelah mendengar suara memanggilnya.
“Siapa kamu?” tanya
Chandra tetap waspada.
“Aku seekor Bajing
hutan. Namaku Teli”, kata Bajing itu. Chandra mencari ke sana ke mari. Ternyata
Teli berada di sampingnya yaitu di sebuah batu besar.
“Apa tujuanmu datang ke
mari?” Chandra bertanya.
“Aku ingin
memberitahukan sesuatu. Ketahuilah, bahwa sebentar lagi segerombolan katak akan
datang kemari. Mereka ingin menangkap kalian”, Teli menjelaskan.
“Bagaimana mereka tahu
kami berada di sini?” Chandra menjadi heran.
“Seekor katak telah
melihat seorang temanmu bermain di sungai. Demi keselamatan kalian cepatlah
tinggalkan tempat ini”, Teli semakin kuatir.
“Tapi, kami harus pergi
ke mana? Kami tidak tahu keadaan tempat ini”, Chandra semakin gelisah. Dia jadi
bingung.
“Bangunkan
teman-temanmu dan ikutlah aku. Kalian pasti selamat”, Teli memberikan
kepastian. Tanpa berpikir panjang Chandra segera membangunkan kedua temannya.
Setelah itu, mereka pergi meninggalkan tempat itu, menuju ke suatu tempat yang
aman. Akhirnya ketiga anak itu selamat. Mereka mengucapkan terima kasih kepada
Teli yang telah menolong mereka. Teli pun akhirnya menjadi sahabat mereka dan
siap membantu untuk membunuh Harimau Belang.
**********
0 komentar:
Posting Komentar