Malam berlalu begitu
cepat. Malam ini Chandra dan kedua temannya merasa tidak senang. Tempat itu
cukup pengap. Tidak ada lubang udara yang besar. Hal ini membuat mereka panas.
Tiba-tiba mereka
mendengar suara pintu dibuka. Dan dua ekor katak raksasa masuk.
“Hei, cepat keluar.
Jika kalian ingin tetap hidup, kalian harus bekerja”, kata seekor katak.
Chandra dan kedua temannya tidak dapat berbuat banyak. Mereka menuruti perintah
katak-katak itu.
Chandra dan kedua
temannya dibawa ke tanah lapang. Di sana banyak sekali binatang-binatang yang
bekerja. Mereka mengumpulkan bebatuan dan dibawa ke suatu tempat. Chandra dan
kedua temannya terpaksa melakukan semua itu.
Ketika jam istirahat
tiba, mereka duduk-duduk di bawah pohon. Tiba-tiba seekor tikus datang membawa
tiga butir buah-buahan hutan.
“Kalian ini tawanan
baru, ya?” tanya Tikus itu dengan ramah. “Wajah kalian baru aku lihat hari
ini”, dia melanjutkan.
“Iya, kami memang orang
baru di sini”, jawab Chandra. Tikus itu tersenyum.
“Heran, mengapa orang
seperti kalian mau diperbudak oleh binatang”. Kata Tikus membuat Chandra dan
kedua temannya kesal.
“Apa maksudnya?” tanya
Putri penasaran.
“Apakah kalian tahu,
kalian bekerja di sini untuk siapa?” tanya Tikus itu lagi. Chandra dan kedua
temannya menggelengkan kepala. “Kalian bekerja di sini untuk Harimau Belang.
Dia ingin membuat istana di hutan ini”, kata Tikus menjelaskan.
“Dari mana kamu tahu
semua itu?” tanya Tonny heran.
“Nasibku sama dengan
kalian. Aku juga dipaksa bekerja di sini. Tapi nasibku agak baik. Karena aku
hanya disuruh memasak dan bisa bebas di sini”. Tikus itu kembali menjelaskan.
Tidak lama kemudian terdengar suara katak memanggil mereka kembali bekerja.
Ketika matahari sudah hampir terbenam, barulah mereka dibawa kembali ke tempat
tawanan.
Putri mulai menangis.
Tak terasa sudah hampir seminggu di dalam hutan. Dia ingin segera kembali.
Namun, sayang seribu kali sayang. Jangankan untuk kembali, untuk melepaskan
diri dari tawanan saja susah.
“Put, sudahlah. Tak
perlu menangis. Suatu saat kita pasti bisa bebas dari tawanan ini”, kata Tonny
menghibur. Mereka kemudian diam membisu memikirkan nasib masing-masing.
Keesokan harinya mereka
bekerja seperti biasa dan ketika waktu istirahat tiba, tikus itu kembali
menghampiri mereka. Seperti kemarin, dia juga membawa tiga butir buah.
“Kus, apakah kamu tau
jalan untuk melepaskan diri?” tanya Chandra memberanikan diri.
“Dimana kalian di
tempatkan?” Tikus itu balik bertanya.
“Di sana”, Chandra
menunjuk suatu tempat. “Tempat itu gelap dan pengap”, kata Chandra melanjutkan.
“Di sana?” Tikus diam
sesaat. “Kalau tidak salah di sana ada sebuah tombol. Jika kalian menemukan
tombol itu, mungkin kalian bisa lolos. Kalau tidak salah, di bawah tombol itu
ada pintu. Aku tidak tau pintu itu menuju ke mana. Yang jelas kalian harus
berhati-hati”, kata Tikus menjelaskan.
Ketiga anak itu merasa
senang. Mereka mengucapkan terima kasih pada tikus. Malamnya, mereka mulai
meneliti ruangan di sekitar mereka. Cukup lama mereka mencari-cari namun tidak
juga ketemu. Tiba-tiba Putri bersorak.
“Hei, lihat itu”, kata
Putri sambil menunjuk sesuatu. Tonny dan Chandra melihat ke arah yang ditunjuk
Putri. Ternyata walau tempatnya agak gelap, di langit-langit ruangan itu ada
sebuah tombol.
“Mungkin itu
tombolnya”, kata Chandra setelah memperhatikan dengan seksama.
“Tapi, pintunya
dimana?” tanya Putri.
“Mungkin di bawah kita
ini. Bukankah Tikus itu mengatakan demikian”. Tonny tidak mau ketinggalan.
“Baiklah, sekarang
tombol itu telah kita temukan. Yang perlu kita fikirkan sekarang ini, bagaimana
cara kita mencapai tombol itu. Bukankah tempatnya sangat tinggi”, kata Chandra.
Kedua temannya jadi bingung.
“Begini saja, kamu naik
ke pundak Tonny. Aku rasa pasti sampai”, kata Putri memberi saran.
“Baiklah, aku siap
aja”, kata Tonny. Chandra hanya tersenyum.
“Bersiaplah, aku akan
naik di pundakmu. Dan kau, Putri. Peganglah tangan Tonny agar kita tidak
terpisah. Okey”. Chandra mulai naik ke pundak Tonny dan Putri memegang tangan
Tonny. Ketika tangan Chandra mencapai tombol, dia agak ragu.
“Mengapa tidak kau
tekan saja tombol itu?” tanya Putri.
“Apakah kita sudah
siap, mengalami cobaan selanjutnya?” Chandra balik bertanya.
“Kita harus siap”, kata
Tonny. Mendengar kepastian dari temannya, Chandra tidak ragu lagi. Kemudian dia
segera menekan tombol itu. Dan benar saja. Setelah tombol ditekan, tiba-tiba
lantai tempat mereka berpijak terbuka lebar dengan tidak menyisakan sedikit
pun.
Mereka terjatuh dengan
pasrah dan betapa senangnya mereka setelah jatuh di sebuah sungai. Untung saja
ketiga anak itu pandai berenang. Mereka segera menyeberang dan mencari tempat
persembunyian yang aman.
Ketiga anak itu merasa
sangat bersyukur dapat bebas kembali. Mereka melanjutkan perjalanannya. Dan
akhirnya menemukan sebuah goa. Di goa inilah mereka beristirahat dan tertidur
di bawah sinar bulan dan bintang yang berkelap kelip tersenyum senang.
**********
0 komentar:
Posting Komentar