Selasa, 09 Februari 2016

Petualangan Tiga Sekawan (Bagian 5)


By on 02.40


~~ BEBAS KEMBALI ~~

Malam berlalu begitu cepat. Malam ini Chandra dan kedua temannya merasa tidak senang. Tempat itu cukup pengap. Tidak ada lubang udara yang besar. Hal ini membuat mereka panas.
Tiba-tiba mereka mendengar suara pintu dibuka. Dan dua ekor katak raksasa masuk.
“Hei, cepat keluar. Jika kalian ingin tetap hidup, kalian harus bekerja”, kata seekor katak. Chandra dan kedua temannya tidak dapat berbuat banyak. Mereka menuruti perintah katak-katak itu.
Chandra dan kedua temannya dibawa ke tanah lapang. Di sana banyak sekali binatang-binatang yang bekerja. Mereka mengumpulkan bebatuan dan dibawa ke suatu tempat. Chandra dan kedua temannya terpaksa melakukan semua itu.
Ketika jam istirahat tiba, mereka duduk-duduk di bawah pohon. Tiba-tiba seekor tikus datang membawa tiga butir buah-buahan hutan.
“Kalian ini tawanan baru, ya?” tanya Tikus itu dengan ramah. “Wajah kalian baru aku lihat hari ini”, dia melanjutkan.
“Iya, kami memang orang baru di sini”, jawab Chandra. Tikus itu tersenyum.
“Heran, mengapa orang seperti kalian mau diperbudak oleh binatang”. Kata Tikus membuat Chandra dan kedua temannya kesal.
“Apa maksudnya?” tanya Putri penasaran.
“Apakah kalian tahu, kalian bekerja di sini untuk siapa?” tanya Tikus itu lagi. Chandra dan kedua temannya menggelengkan kepala. “Kalian bekerja di sini untuk Harimau Belang. Dia ingin membuat istana di hutan ini”, kata Tikus menjelaskan.
“Dari mana kamu tahu semua itu?” tanya Tonny heran.
“Nasibku sama dengan kalian. Aku juga dipaksa bekerja di sini. Tapi nasibku agak baik. Karena aku hanya disuruh memasak dan bisa bebas di sini”. Tikus itu kembali menjelaskan. Tidak lama kemudian terdengar suara katak memanggil mereka kembali bekerja. Ketika matahari sudah hampir terbenam, barulah mereka dibawa kembali ke tempat tawanan.
Putri mulai menangis. Tak terasa sudah hampir seminggu di dalam hutan. Dia ingin segera kembali. Namun, sayang seribu kali sayang. Jangankan untuk kembali, untuk melepaskan diri dari tawanan saja susah.
“Put, sudahlah. Tak perlu menangis. Suatu saat kita pasti bisa bebas dari tawanan ini”, kata Tonny menghibur. Mereka kemudian diam membisu memikirkan nasib masing-masing.
Keesokan harinya mereka bekerja seperti biasa dan ketika waktu istirahat tiba, tikus itu kembali menghampiri mereka. Seperti kemarin, dia juga membawa tiga butir buah.
“Kus, apakah kamu tau jalan untuk melepaskan diri?” tanya Chandra memberanikan diri.
“Dimana kalian di tempatkan?” Tikus itu balik bertanya.
“Di sana”, Chandra menunjuk suatu tempat. “Tempat itu gelap dan pengap”, kata Chandra melanjutkan.
“Di sana?” Tikus diam sesaat. “Kalau tidak salah di sana ada sebuah tombol. Jika kalian menemukan tombol itu, mungkin kalian bisa lolos. Kalau tidak salah, di bawah tombol itu ada pintu. Aku tidak tau pintu itu menuju ke mana. Yang jelas kalian harus berhati-hati”, kata Tikus menjelaskan.
Ketiga anak itu merasa senang. Mereka mengucapkan terima kasih pada tikus. Malamnya, mereka mulai meneliti ruangan di sekitar mereka. Cukup lama mereka mencari-cari namun tidak juga ketemu. Tiba-tiba Putri bersorak.
“Hei, lihat itu”, kata Putri sambil menunjuk sesuatu. Tonny dan Chandra melihat ke arah yang ditunjuk Putri. Ternyata walau tempatnya agak gelap, di langit-langit ruangan itu ada sebuah tombol.
“Mungkin itu tombolnya”, kata Chandra setelah memperhatikan dengan seksama.
“Tapi, pintunya dimana?” tanya Putri.
“Mungkin di bawah kita ini. Bukankah Tikus itu mengatakan demikian”. Tonny tidak mau ketinggalan.
“Baiklah, sekarang tombol itu telah kita temukan. Yang perlu kita fikirkan sekarang ini, bagaimana cara kita mencapai tombol itu. Bukankah tempatnya sangat tinggi”, kata Chandra. Kedua temannya jadi bingung.
“Begini saja, kamu naik ke pundak Tonny. Aku rasa pasti sampai”, kata Putri memberi saran.
“Baiklah, aku siap aja”, kata Tonny. Chandra hanya tersenyum.
“Bersiaplah, aku akan naik di pundakmu. Dan kau, Putri. Peganglah tangan Tonny agar kita tidak terpisah. Okey”. Chandra mulai naik ke pundak Tonny dan Putri memegang tangan Tonny. Ketika tangan Chandra mencapai tombol, dia agak ragu.
“Mengapa tidak kau tekan saja tombol itu?” tanya Putri.
“Apakah kita sudah siap, mengalami cobaan selanjutnya?” Chandra balik bertanya.
“Kita harus siap”, kata Tonny. Mendengar kepastian dari temannya, Chandra tidak ragu lagi. Kemudian dia segera menekan tombol itu. Dan benar saja. Setelah tombol ditekan, tiba-tiba lantai tempat mereka berpijak terbuka lebar dengan tidak menyisakan sedikit pun.
Mereka terjatuh dengan pasrah dan betapa senangnya mereka setelah jatuh di sebuah sungai. Untung saja ketiga anak itu pandai berenang. Mereka segera menyeberang dan mencari tempat persembunyian yang aman.
Ketiga anak itu merasa sangat bersyukur dapat bebas kembali. Mereka melanjutkan perjalanannya. Dan akhirnya menemukan sebuah goa. Di goa inilah mereka beristirahat dan tertidur di bawah sinar bulan dan bintang yang berkelap kelip tersenyum senang.



**********

0 komentar:

Posting Komentar