Rabu, 03 Februari 2016

Gadis Rembulan


By on 23.09



Tersebutlah pada suatu waktu terdapat seorang gadis anggun, cantik parasnya lagi indah badannya. Namanya adalah Nur. Nur dalam bahasa memiliki sebuah arti yaitu cahaya. Adalah nama  yang teramat pantas untuk disandang seorang gadis se-elok dirinya. Nur bertempat tinggal di sebuah kota kecil yang oleh orang-orang kota besar sering sebut dengan “kampung”. Dahulu ia tak secantik saat ini, di “kampung”-nya bahkan ia bak seorang itik buruk rupa. Perkenalannya dengan gincu, bedak, perawatan tubuh dan semisalnya menjadikan dirinya semakin terlihat matang dan terlihat cantik. Kini di kampusnya di sebuah kota besar di selatan pulau jawa, yang sering kita sebut dengan kota pelajar, dirinya menjelma menjadi sebuah Bunga Kampus. Sebuah kebahagiaan bagi seroang gadis “kampung” untuk mendapat sebuah sanjungan itu. Melalui perkembangan jaman, media sosial yang ia miliki hampir tak pernah sepi sanjungan dan pujian. Adalah rembulan, sebuah gelar sanjungan yang dirinya kini dapatkan. Lelaki manakah yang tak terpikat keindahan sang rembulan?.

Tersebutlah saat itu sang gadis sedang berada dalam bus antar provinsi untuk kembali menuntut ilmu di kota pelajar. Bus yang besar lagi nyaman itu nampaknya cukup lengang. Hanya segelintir kepala yang terlihat, maka ia dapati duduk sendirian serambi melemparkan pandangan keluar jendela. Sesekali dirinya mengamati ponsel miliknya, adalah sebuah media sosial terbaru yang menyita perhatiannya. Beberapa pemuda terlihat melemparkan pujian kepada dirinya. Sungguh indah nian. 

Tak berapa lama bus terhenti di sebuah perempatan. Didapatinya seorang gadis kecil naik kedalam. Gadis berkerudung ungu itu nampak sendirian, maka ditawarkan oleh sang kondektur bus sebuah bangku kosong disebelah gadis rembulan untuk sekedar menjadi teman seperjalanan. Gadis berkerudung ungu itu nampak elok, ditaksirkan umurnya belum genap 10 tahun.
“Adik mau kemana?” dibukalah pertanyaan oleh gadis rembulan
“Saya hendak menuju Jogjakarta kakak. Hendak bertemu bapak” jawab dirinya
“Lho? Kok  sendirian?” lanjut sang gadis rembulan
“Iya Kakak, ibu saya sedang bekerja, tidak dapat antarkan saya sampai jogja. Hanya bisa antarkan saya sampai perempatan depan.” Tukas sang gadis kecil
“Namanya siapa dik?” lanjut sang gadis rembulan
“Nur, nama saya nur” jawabnya
“Nama kakak juga Nur dik, kita sama donk” tukas sang gadis rembulan.

Nampaknya suasana keduanya sudah mulai mencair, tak terlihat lagi ketakutan sang gadis kecil karena perjalanan sendirinya. Tak terasa percakapan keduanya menghantarkan waktu berlalu cepat. Tak terasa sudah setengah perjalanan lebih dilalui.
“Suit...suiiiit...suuuuit”
Terdengar sebuah pemberitahuan dari dalam ponsel sang gadis rembulan, dan kembali lagi ratusan sanjungan dari para pemuda tampan. Nampaknya sang gadis rembulan telah menjelma menjadi seorang artis di Dunia Maya, segala macam foto tentang dirinya selalu mendapat banyak sanjungan. Maka terlihatlah simpul senyum nan elok di ujung bibirnya.
Gadis kecil yang sedari tadi duduk disebelahnya tampak mulai tertarik.
“Kenapa kakak, kok senyum sendiri ?” tanya sang gadis kecil
“Ini lho dik, kakak dapati banyak kali sanjungan dari media sosial ini” jawab sang gadis rembulan
“Pantas, kakak kan cantik” tukas sang gadis kecil
“Makasih, kamu juga kok dik. Nanti kalau besar juga cantik.” Jawab sang gadis rembulan
“Kakak juga sering disebut rembulan dik di kampus kakak, sungguh bahagia kali hati kakak ini. Besok juga adik bakal jadi rembulan juga ya ” Lanjut sang gadis rembulan
“he em, tapi adik ga mau ah jadi rembulan.” Jawab sang gadis kecil
“Adik maunya jadi mentari” lanjut sang adik kecil
“Lho kenapa?, rembulan kan bagus nan indah. Matahari kan menyilaukan” Tanya sang gadis rembulan keheranan.
Dan sang gadis kecil menjawab
“Rembulan memang indah kakak, namun keindahannya dapat dinikmati oleh siapa saja yang memandang. Setiap mata yang memandang bahkan menyanjungnya. Namun lihatlah keindahan mentari, setiap  yang melihat pasti akan menundukkan pandangannya. Bukankah cahaya mentari jauh lebih menerangi dunia ini?”

Dan sang gadis rembulan terdiam tak dapat berkata.
Ia matikan ponsel miliknya,kini termenung dirinya dalam diam.
Dan  kini ia sadar, sanjungan yang ia dapati bukanlah sanjungan yang diinginkan.
 Nampaknya percakapan dengan gadis kecil inilah yang akan menjadikan titik balik dirinya di kehidupan kelak.

_by: PANDAONGENG_

2 komentar: