Minggu, 07 Februari 2016

Petualangan Tiga Sekawan (Bagian 3)


By on 15.00



~~ TERSESAT ~~

Keesokan harinya, mereka sudah berkumpul di rumah neneknya Tonny. Hendra dan Bobby masih belum tiba. Jadi mereka terpaksa menunggu. Sekitar pukul 09.00 barulah mereka tiba. Mereka sudah siap dengan barang-barang mereka dan mulai berangkat setelah berpamitan pada nenek dan kakek.
Jalan yang mereka lalui kadang turun kadang naik. Sehingga jalannya agak melelahkan. Tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di tepi hutan. Keadaan di sekitarnya amat sunyi. Hanya suara burung dan binatang hutan lainnya yang selalu bernyanyi riang. Hal ini membuat suasana agak menakutkan.
“Tempatnya seram juga yach” kata Bobby. Teman-temannya hanya diam sambil asyik memperhatikan keadaan sekitarnya.
“Aku rasa, ada baiknya kita mendirikan tenda di sana”. Chandra berkata sambil menunjuk tanah yang agak lapang. Teman-temannya masih memperhatikannya.
“Boleh juga. Ayo kita mulai sekarang”, ajak Budi. Teman-temannya segera membawa barang-barang ke tempat yang dituju. Kemudian mereka siap mendirika tenda. Ada yang mencari kayu bakar dan ada yang membuat tempat masak.
“Hei, sungai di mana sich?” tanya Putri membuat temannya agak kaget.
“Kamu mau apa mencari sungai?” Tonny balik bertanya.
“Aku kan nggak punya pekerjaan. Jadi, ada baiknya aku mengambil air saja”, Putri menjelaskan.
“Jangan, Put. Biar kami saja yang akan mencari sumber air. Kamu istirahat saja”, Chandra menimpali. Putri mengangguk-angguk. Ketika matahari sudah tepat di atas kepala, enam sekawan itu menghentikan pekerjaannya dan mulai istirahat.
Chandra dan Tonny duduk-duduk di rerumputan sambil memperhatikan alam sekitarnya. Putri yang baru selesai menyusun barang-barang segera menghampiri mereka.
“Hei, kalian nggak mau tidur yach?” tanya Putri mengejutkan teman-temannya.
“Malas ah, duduk di sini lebih asyik. Apalagi dihembus angin” kata Tonny membuat Chandra tertawa.
“Ngapain tasmu nggak dilepas, Put?” chandra bertanya dengan nada kesal. Tas kecil yang selalu dibawa oleh Putri tetap berada di belakangnya.
“Oh.... ini kan banyak makanannya, kalau ku lepas nanti habis dimakan Bobby. Anak itu kan kuat makan”, Putri menjelaskan.
“Hei, lihat itu”. Chandra menunjuk sesuatu. Tonny dan Putri melihat ke arah yang ditunjuk oleh Chandra. Ternyata seekor monyet sedang asyik bermain-main di pohon besar.
“Lihat, di sana lebih banyak”, Putri menimpali. Tanpa sadar dia berlari memasuki hutan untuk mengejar monyet-monyet itu. Tonny dan Chandra juga tidak ketinggalan.
“Hei, kalian mau kemana?” Budi bertanya dengan kesal sambil memperhatikan teman-temannya yang telah jauh memasuki hutan. “Heran, mengapa mereka nekat masuk hutan?” pikir Budi kesal. Akhirnya dia hanya dapat memperhatikan hutan tempat temannya masuk tadi. Dia lalu membangunkan Bobby dan Hendra yang sudah tidur dengan nyenyak.
“Hendra, Bobby, bangun. Hei, tidur aja kalian. Ayo cepat bangun”, kata Budi masih dengan nada kesal.
“Ada apa sich, Bud. Kok kamu kayak orang ketakutan?”, tanya Hendra kesal.
“Iya...! lho, kok sepi aja. Chandra dan Tonny kemana?” Bobby juga bertanya.
“Itulah, kalian tidur aja taunya. Kalian tau nggak, tadi aku melihat mereka berlari ke sana”. Budi menunjuk hutan yang sangat lebat itu.
“Ke sana?” tanya Bobby dan Hendra hampir bersamaan. Budi mengangguk.
“Bukankah itu hutan rimba. Ngapain mereka ke sana?” Hendra semakin heran.
“Aku juga tidak tau. Aku hanya dapat berharap semoga mereka cepat kembali”, Budi berkata dengan nada yang sedih. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana seandainya jika ketiga temannya itu tersesat dalam hutan.
“Sudahlah, Bud. Jangan sedih. Kita tunggu mereka sampai sore. Kalau nggak ada pulangnya, kita segera pulang dan memberitahukan pada kakek dan neneknya”. Bobby menghibur temannya. Budi mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju. Akhirnya mereka menunggu temannya sambil duduk-duduk di tenda.
Lain halnya dengan tiiga sekawan yang masuk ke dalam hutan. Mereka terus berlari-lari tanpa menyadari keadaan sekitarnya. Mereka terus berlari dan berlari. Sayang sekali, monyet yang dikejar juga terus berlari dan semakin masuk ke dalam hutan. Tiba-tiba, Putri menghentikan langkahnya.
“Ada apa, Put?” tanya Tonny.
“Aku, capek”, kata Putri sambil duduk di sebatang pohon. “Ya ampun, pohon ini besar sekali”. Putri kaget. Teman-temannya lalu memperhatikan keadaan di sekitarnya.
“Ya Allah... kita telah masuk ke dalam hutan”. Chandra berkata dengan nada yang sedih.
“Ini semua salahmu, Put”, Tonny mulai menyalahkan Putri.
“Mengapa aku?” Putri jadi kesal.
“Bukankah kau yang pertama berlari-lari mengejar monyet itu. Sehingga kita bisa masuk ke dalam hutan ini”, Tonny menjelaskan. Putri jadi marah.
“Enak saja kamu menuduh. Emangnya tadi aku ajak kamu. Enggak kan. Kamu sendiri yang mau ikut”. Putri berkata sambil menangis.
“Hei, kalian ini apa-apaan sich. Sepatutnya kita memikirkan cara untuk keluar dari hutan ini. Bukannya bertengkar. Apa kalian pikir dengan bertengkar semua masalah dapat diatasi?” Chandra mulai berang dengan sikap temannya. “Kita tidak boleh saling menyalahkan. Karena semuanya salah. Aku harap kalian mengerti”. Chandra melanjutkan ucapannya. Tonny dan Putri diam membisu.
“Yach sudah, sekarang kita harus mencari jalan. Sebab hari sudah sore”. Kata Tonny setelah lama membisu.
“Menurutmu kita harus jalan ke arah mana?” Chandra bertanya kepada Tonny. Tonny diam memperhatikan matahari yang sudah condong ke arah barat.
“Aku rasa, kita menuju arah matahari itu saja”, kata Tonny sambil menunjuk matahari.
“Berarti ke arah Barat”, kata Chandra sambil memperhatikan matahari itu. “Ayo kita berangkat segera. Sebelum malam tiba”, ajak Chandra kemudian. Mereka bergegas meninggalkan tempat itu. Lalu menuju ke arah Barat. Waktu itu jam telah menunjukkan angka 14.00 sore. Hutan yang sangat lebat itu sangat mengerikan.
Mereka terus berjalan dan berjalan. Namun untuk keluar dari hutan sangat tidak mungkin. Bahkan tanpa disadari oleh mereka, mereka makin masuk ke dalam hutan.
“Berhenti dulu, aku capek”, kata Putri. Kedua temannya ikut-ikutan berhenti.
“Aku rasa kita sudah tersesat”, kata Chandra.
“Apa.... tersesat!, tidak mungkin”, Tonny sudah mulai takut.
“Iya, Ton. Coba kamu lihat hutan di sini. Hutannya sudah semakin lebat. Pohon-pohonnya juga besar-besar. Aku rasa mungkin ini yang dinamakan hutan rimba”, kata Chandra menjelaskan.
“Jadi, kita tidak punya harapan untuk kembali. Bagaimana ini?” Putri mulai gelisah.
“Mungkin kita terpaksa bermalam di sini”, kata Chandra menimpali.
“Gila kamu, Chan. Ini kan hutan, mana mungkin kita bermalam di sini”. Tonny juga sudah semakin takut.
“Lantas, kita mau bermalam dimana?” Chandra bertanya. Temannya saling pandang. Mereka membenarkan kata-kata Chandra. “Sekarang kita harus membuat pondok untuk tempat istirahat. Besok barulah kita melanjutkan perjalanan”. Chandra mengajak Tonny memotong kayu-kayu kecil yang ada di sekitar mereka.
Tidak lama kemudian jadilah sebuah pondok yang agak kecil. Hanya cukup untuk mereka duduk-duduk. Jarum jam terus bergulir. Tak terasa malam mulai tiba. Suara binatang mulai berbunyi. Membuat hingar bingarnya hutan. Chandra menghidupkan api unggun sebagai penghangat tubuh dan juga menerangi gelapnya malam. Setelah itu mereka terlelap karena letih.



**********

0 komentar:

Posting Komentar