Sabtu, 06 Februari 2016

Petualangan Tiga Sekawan (Bagian 2)


By on 01.47


~~ PERGI KE DESA ~~

Tepat jam 07.00 pagi Chandra sudah berada di rumah Tonny. Mereka lalu sarapan bersama. Chandra sudah tidak sabar ingin pergi ke desa. Akhirnya mereka berangkat dengan mengendarai sepeda motor.
Jarak dari kota ke desa nenek Tonny memerlukan waktu 3 jam, jika menggunakan sepeda motor. Perjalanan memang cukup melelahkan. Tapi Chandra merasa senang. Apalagi setelah memasuki pedesaan. Udaranya sangat segar. Sepanjang jalan sawah membentang. Dengan padi yang subur melambai-lambai tertiup angin. Sungguh pemandangan yang indah.
Ketika jam menunjuk angka 11.00 barulah merek sampai di rumah neneknya Tonny. Betapa senangnya nenek itu menyambut kedatangan cucunya.
“Aduh Ton, mengapa tidak memberitahu nenek terlebih dahulu. Kalau kamu mau datang. Kan nenek bisa bersiap-siap menyambut kedatanganmu” kata neneknya. Tonny hanya tersenyum.
“Tidak perlu susah-susah, Nek. Memang Tonny nggak mau kasih tau. Karena Tonny mau bikin kejutan. Oh ya.... Nek, ini kawan Tonny dari kota, Chandra.” Kata Tonny mengenalkan nama temannya. Neneknya tersenyum.
“Ah, kenapa bicara di luar. Ayo masuk” ajak neneknya. Chandra dan Tonny mengikuti neneknya.
“Kakekmu ke sawah, maklumlah kalau sudah hampir panen banyak sekali burung-burung yang datang memakan padi. Jadi, yach terpaksa harus ditunggu. He..... he....!” nenek tertawa. “Tentunya kalian lelah sehabis menempuh perjalanan yang jauh. Jadi, beristirahatlah. Nenek akan menyiapkan makanan. Nanti kita makan siang sama-sama.” Nenek melanjutkan pembicaraannya. Setelah itu dia pergi ke dapur. Tonny dan Chandra masuk ke kamar dan membaringkan tubuh mereka.
Ketika hari sudah sore, kakek Tonny pulang. Dia juga senang dengan kedatangan cucunya. Tonny mengajak Chandra mandi di sebuah sungai. Air sungainya sangat jernih. Dan banyak bebatuan. Chandra sangat senang, apalagi hutan di sekitar sungai cukup sejuk. Udaranya yang segar membuat Chandra betah tinggal di tepi sungai.
“Chandra, ayo kita pulang” ajak Tonny setelah selesai mandi.
“Di sini sangat menyenangkan, airnya jernih dan dingin.” Kata Chandra seolah-olah tidak mau pulang.
“Ya.... sudah. Jika kamu ingin tinggal di sini, tinggal aja sendiri. Aku mau pulang. Hari sudah sore. Sebentar lagi tentu adzan maghrib berkumandang. Apa kamu nggak takut lama-lama di sini?” kata Tonny menakut-nakuti temannya.
“Siapa takut. Aku berani kok. Asal kamu mau menemani. Ha....ha...ha...” Chandra tertawa terbahak-bahak.
“Dasar” gerutu Tonny. Kemudian mereka pulang sama-sama. Sambil bercerita tentang rencana mereka selanjutnya.
Tonny dan Chandra berkawan akrab sejak kelas 6 SD. Sifat mereka pun hampir sama. Chandra adalah anak orang berada. Namun dia sangat dermawan dan senang hidup sederhana. Usianya baru 13 tahun. Tubuhnya tinggi dengan raut wajah yang tampan, begitu juga dengan Tonny. Mereka mempunyai hobby yang sama yaitu berkemah. Hanya sayangnya Tonny agak penakut.
Tidak lama kemudian, adzan berkumandang. Tonny mengajak Chandra sholat di Surau, yang tidak jauh dari rumah neneknya. Sepulangnya dari surau, Tonny dan Chandra berpapasan dengan Bobby dan Hendra.
“Hai, Ton. Kapan kamu datang?” sapa Hendra. Tonny tersenyum.
“Tadi siang” jawab Tonny singkat.
“Sombong kamu, Ton. Masa iya datang sini nggak mau memberitahu terlebih dahulu” kata Bobby.
“Bukan begitu, Bob. Yang sebenarnya, aku cuma ingin buat kejutan aja” kata Tonny sambil tersenyum. “Oh yach, kenalkan. Ini kawanku dari kota. Namanya Chandra. Chan, ini Bobby dan juga Hendra” kata Tonny memperkenalkan temannya. Chandra menyalami Bobby dan Hendra sambil tersenyum.  Sedang asyiknya mereka bercerita, tiba-tiba Budi dan teman-temannya datang.
“Wah, lagi ngapain nich. Eh.... Tonny, kapan datang?” kata Budi sambil menyalami Tonny.
“Tadi siang. Hebat kamu, Bud. Bawa cewek sampai dua orang. Apa kamu mau jadi raja?” kelakar Tonny, membuat teman-temannya tertawa.
“Enak aja kamu, Ton. Mereka yang ngikutin aku. Bukan aku yang ajak”, kata Budi membela diri.
“Habis takut sich” kata Putri ikutan bicara. “Kak Tonny, kamu itu mau ke sini kok nggak ngasih tau sich?” sambungnya.
“Emang kalau dikasih tau, kamu mau apa?” tanya Tonny.
“Yach, setidak-tidaknya kita bisa tau dong”, jawab Putri lagi. “Oh.... yach, kamu nggak mau mampir ke rumah?” kata Putri lagi.
“Nantilah aku ajak Chandra ke rumahmu. Okey”, Tonny tersenyum.
“Janji yach.” Putri ingin kepastian.
“Ah, udah dech. Kalau bicara sama Putrimu itu, satu malam nggak selesai”. Kata Budi memotong pembicaraan temannya. Putri jadi cemberut. Membuat teman-temannya tertawa. “Ngomong-ngomong, kawanmu itu kok nggak kamu kenalkan sama kita-kita ini, Ton?” Budi melanjutkan kata-katanya.
“Oh,,,, iya, aku hampir lupa. Kenalkan ini kawanku, Chandra”, kata Tonny memperkenalkannya. Chandra hanya tersenyum. “Dia sengaja liburan ke sini untuk mengajak kita-kita berkemah di hutan. Gimana, setuju nggak?” tanya Tonny kemudian.
“Berkemah di hutan?” tanya Bobby kesal.
“Iya, di hutan. Emang kenapa sich?” Chandra mulai bicara.
“Hutan di sekitar sini masih banyak yang belum terjamah oleh manusia. Aku takut nanti kita tersesat”. Bobby melanjutkan pembicaraannya.
“Aku tau itu”, kata Tonny. “Tapi, setidak-tidaknya kita bisa berkemah di tepi hutan itu, jangan sampai masuk ke dalam rimbanya. Gimana?” Tonny bertanya mengharapkan persetujuan teman-temannya. Teman-temannya berfikir sesaat sambil saling pandang.
“Boleh juga, Ton. Asal kita nggak masuk ke dalam hutan”. Budi menyetujui rencana Tonny dan Chandra. Akhirnya mereka semua setuju. Hanya Putri yang bingung sendiri sedangkan temannya Dhea sudah pulang sejak tadi. Putri adalah sepupu Tonny. Dia tinggal di rumah tantenya yang juga tidak jauh dari rumah neneknya. Sedangkan orang tuanya pergi ke Jakarta sudah 1 tahun yang lalu, untuk menguruskan perusahaannya. Sekali-sekali mereka pulang menjenguk anaknya dan juga kakek dan nenek Tonny.
Sebenarnya Putri ingin tinggal dengan neneknya. Tapi, tantenya tidak mengizinkan. Maklum saja, tantenya yang sudah lama menikah belum juga dikaruniai anak. Jadi di ingin Putri tinggal dengannya.
“Kak Tonny, boleh aku ikut?” tanyanya setelah lama berfikir.
“Kamu kan perempuan, masa iya mau ikut kami?” Tonny agak kesal.
“Tapi, setidak-tidaknya aku juga berani kan?” Putri membela diri.
“Tapi, Put”
“Ah... bilang aja nggak mau”. Putri memotong pembicaraan Tonny. Tonny semakin kesal.
“Sudahlah, Ton. Biarkan saja dia ikut. Aku rasa, dia nggak bakalan mengganggu kegiatan kita” kata Chandra. Putri tersenyum senang.
“Ita, Ton. Biarin aja dia ikut. Asal dia berani tanggung resiko”, Budi menimpali. Akhirnya Tonny setuju dan mereka sudah sepakat untuk berangkat besok pagi. Setelah itu, mereka pulang ke rumahnya masing-masing.


**********

2 komentar:

  1. nama farel ikutin dalam ceritanya donk uty :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. di cerita berikutnya ya rel,,, uty pake nama farel 'ndut nanti :P

      Hapus