Tepat jam 07.00 pagi
Chandra sudah berada di rumah Tonny. Mereka lalu sarapan bersama. Chandra sudah
tidak sabar ingin pergi ke desa. Akhirnya mereka berangkat dengan mengendarai
sepeda motor.
Jarak dari kota ke desa
nenek Tonny memerlukan waktu 3 jam, jika menggunakan sepeda motor. Perjalanan
memang cukup melelahkan. Tapi Chandra merasa senang. Apalagi setelah memasuki
pedesaan. Udaranya sangat segar. Sepanjang jalan sawah membentang. Dengan padi
yang subur melambai-lambai tertiup angin. Sungguh pemandangan yang indah.
Ketika jam menunjuk
angka 11.00 barulah merek sampai di rumah neneknya Tonny. Betapa senangnya
nenek itu menyambut kedatangan cucunya.
“Aduh Ton, mengapa
tidak memberitahu nenek terlebih dahulu. Kalau kamu mau datang. Kan nenek bisa
bersiap-siap menyambut kedatanganmu” kata neneknya. Tonny hanya tersenyum.
“Tidak perlu
susah-susah, Nek. Memang Tonny nggak mau kasih tau. Karena Tonny mau bikin
kejutan. Oh ya.... Nek, ini kawan Tonny dari kota, Chandra.” Kata Tonny
mengenalkan nama temannya. Neneknya tersenyum.
“Ah, kenapa bicara di
luar. Ayo masuk” ajak neneknya. Chandra dan Tonny mengikuti neneknya.
“Kakekmu ke sawah,
maklumlah kalau sudah hampir panen banyak sekali burung-burung yang datang
memakan padi. Jadi, yach terpaksa harus ditunggu. He..... he....!” nenek
tertawa. “Tentunya kalian lelah sehabis menempuh perjalanan yang jauh. Jadi,
beristirahatlah. Nenek akan menyiapkan makanan. Nanti kita makan siang
sama-sama.” Nenek melanjutkan pembicaraannya. Setelah itu dia pergi ke dapur.
Tonny dan Chandra masuk ke kamar dan membaringkan tubuh mereka.
Ketika hari sudah sore,
kakek Tonny pulang. Dia juga senang dengan kedatangan cucunya. Tonny mengajak
Chandra mandi di sebuah sungai. Air sungainya sangat jernih. Dan banyak
bebatuan. Chandra sangat senang, apalagi hutan di sekitar sungai cukup sejuk.
Udaranya yang segar membuat Chandra betah tinggal di tepi sungai.
“Chandra, ayo kita
pulang” ajak Tonny setelah selesai mandi.
“Di sini sangat
menyenangkan, airnya jernih dan dingin.” Kata Chandra seolah-olah tidak mau
pulang.
“Ya.... sudah. Jika
kamu ingin tinggal di sini, tinggal aja sendiri. Aku mau pulang. Hari sudah
sore. Sebentar lagi tentu adzan maghrib berkumandang. Apa kamu nggak takut
lama-lama di sini?” kata Tonny menakut-nakuti temannya.
“Siapa takut. Aku
berani kok. Asal kamu mau menemani. Ha....ha...ha...” Chandra tertawa
terbahak-bahak.
“Dasar” gerutu Tonny.
Kemudian mereka pulang sama-sama. Sambil bercerita tentang rencana mereka
selanjutnya.
Tonny dan Chandra
berkawan akrab sejak kelas 6 SD. Sifat mereka pun hampir sama. Chandra adalah
anak orang berada. Namun dia sangat dermawan dan senang hidup sederhana.
Usianya baru 13 tahun. Tubuhnya tinggi dengan raut wajah yang tampan, begitu
juga dengan Tonny. Mereka mempunyai hobby yang sama yaitu berkemah. Hanya
sayangnya Tonny agak penakut.
Tidak lama kemudian,
adzan berkumandang. Tonny mengajak Chandra sholat di Surau, yang tidak jauh
dari rumah neneknya. Sepulangnya dari surau, Tonny dan Chandra berpapasan
dengan Bobby dan Hendra.
“Hai, Ton. Kapan kamu
datang?” sapa Hendra. Tonny tersenyum.
“Tadi siang” jawab
Tonny singkat.
“Sombong kamu, Ton.
Masa iya datang sini nggak mau memberitahu terlebih dahulu” kata Bobby.
“Bukan begitu, Bob.
Yang sebenarnya, aku cuma ingin buat kejutan aja” kata Tonny sambil tersenyum.
“Oh yach, kenalkan. Ini kawanku dari kota. Namanya Chandra. Chan, ini Bobby dan
juga Hendra” kata Tonny memperkenalkan temannya. Chandra menyalami Bobby dan
Hendra sambil tersenyum. Sedang asyiknya
mereka bercerita, tiba-tiba Budi dan teman-temannya datang.
“Wah, lagi ngapain
nich. Eh.... Tonny, kapan datang?” kata Budi sambil menyalami Tonny.
“Tadi siang. Hebat
kamu, Bud. Bawa cewek sampai dua orang. Apa kamu mau jadi raja?” kelakar Tonny,
membuat teman-temannya tertawa.
“Enak aja kamu, Ton. Mereka
yang ngikutin aku. Bukan aku yang ajak”, kata Budi membela diri.
“Habis takut sich” kata
Putri ikutan bicara. “Kak Tonny, kamu itu mau ke sini kok nggak ngasih tau
sich?” sambungnya.
“Emang kalau dikasih
tau, kamu mau apa?” tanya Tonny.
“Yach, setidak-tidaknya
kita bisa tau dong”, jawab Putri lagi. “Oh.... yach, kamu nggak mau mampir ke
rumah?” kata Putri lagi.
“Nantilah aku ajak
Chandra ke rumahmu. Okey”, Tonny tersenyum.
“Janji yach.” Putri
ingin kepastian.
“Ah, udah dech. Kalau
bicara sama Putrimu itu, satu malam nggak selesai”. Kata Budi memotong
pembicaraan temannya. Putri jadi cemberut. Membuat teman-temannya tertawa.
“Ngomong-ngomong, kawanmu itu kok nggak kamu kenalkan sama kita-kita ini, Ton?”
Budi melanjutkan kata-katanya.
“Oh,,,, iya, aku hampir
lupa. Kenalkan ini kawanku, Chandra”, kata Tonny memperkenalkannya. Chandra
hanya tersenyum. “Dia sengaja liburan ke sini untuk mengajak kita-kita berkemah
di hutan. Gimana, setuju nggak?” tanya Tonny kemudian.
“Berkemah di hutan?”
tanya Bobby kesal.
“Iya, di hutan. Emang
kenapa sich?” Chandra mulai bicara.
“Hutan di sekitar sini
masih banyak yang belum terjamah oleh manusia. Aku takut nanti kita tersesat”.
Bobby melanjutkan pembicaraannya.
“Aku tau itu”, kata
Tonny. “Tapi, setidak-tidaknya kita bisa berkemah di tepi hutan itu, jangan
sampai masuk ke dalam rimbanya. Gimana?” Tonny bertanya mengharapkan
persetujuan teman-temannya. Teman-temannya berfikir sesaat sambil saling
pandang.
“Boleh juga, Ton. Asal
kita nggak masuk ke dalam hutan”. Budi menyetujui rencana Tonny dan Chandra.
Akhirnya mereka semua setuju. Hanya Putri yang bingung sendiri sedangkan
temannya Dhea sudah pulang sejak tadi. Putri adalah sepupu Tonny. Dia tinggal
di rumah tantenya yang juga tidak jauh dari rumah neneknya. Sedangkan orang
tuanya pergi ke Jakarta sudah 1 tahun yang lalu, untuk menguruskan
perusahaannya. Sekali-sekali mereka pulang menjenguk anaknya dan juga kakek dan
nenek Tonny.
Sebenarnya Putri ingin
tinggal dengan neneknya. Tapi, tantenya tidak mengizinkan. Maklum saja, tantenya
yang sudah lama menikah belum juga dikaruniai anak. Jadi di ingin Putri tinggal
dengannya.
“Kak Tonny, boleh aku
ikut?” tanyanya setelah lama berfikir.
“Kamu kan perempuan,
masa iya mau ikut kami?” Tonny agak kesal.
“Tapi, setidak-tidaknya
aku juga berani kan?” Putri membela diri.
“Tapi, Put”
“Ah... bilang aja nggak
mau”. Putri memotong pembicaraan Tonny. Tonny semakin kesal.
“Sudahlah, Ton. Biarkan
saja dia ikut. Aku rasa, dia nggak bakalan mengganggu kegiatan kita” kata
Chandra. Putri tersenyum senang.
“Ita, Ton. Biarin aja
dia ikut. Asal dia berani tanggung resiko”, Budi menimpali. Akhirnya Tonny
setuju dan mereka sudah sepakat untuk berangkat besok pagi. Setelah itu, mereka
pulang ke rumahnya masing-masing.
**********
nama farel ikutin dalam ceritanya donk uty :D :D
BalasHapusdi cerita berikutnya ya rel,,, uty pake nama farel 'ndut nanti :P
Hapus