Sabtu, 30 Januari 2016

Ketulusan Hati (Bag.3 End)


By on 23.16


Empat tahun kemudian…..
“Ka, kamu denger gak ada mahasiswi baru yang akan masuk ke kelas kita, satu angkatan bareng kita Ka!!” kata Haris siang itu di parkiran kampus waktu mereka lagi ngumpul seperti biasa, sebelum masuk kelas.
“Iya Ka, denger-denger sich tu cewek cantik banget. Pindahan dari jepang lagi”, goda Rega.
“Nang, aku nitip tugas aja ya”, kata Raka tak menggubris sedikit pun ocehan Rega dan Haris.
“Kamu gak masuk lagi Ka?” tanya nanang.
“Males ah, aku lagi gak mood kuliah ni. Ntar kalo’ udah kelar kuliahnya, temuin aku di taman depan ya...” ia pun beranjak pergi meninggalkan ketiga temannya dan berjalan ke arah taman di depan kampusnya.
“Ka,, beneran nich gak mau ngeliat mahasiswi baru itu??” tanya Haris lagi. Ia tetap tak bergeming dan terus melangkah menjauhi ketiga temannya.

****

Aku berjalan menyusuri lorong-lorong. Membuatku teringat kembali lima tahun yang lalu, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Kenangan emang sulit dilupakan... aku pun memasuki ruangan kelas itu dan duduk di kursi yang terdepan. Entah perasaanku, entah apa. Aku merasa ada beberapa pasang mata yang sedari tadi terus memperhatikanku.
“Jadi, mahasiswi baru itu kamu ya Ra??” sapa seseorang dari belakangku. Aku pun menoleh. Kulihat Nanang, Haris dan juga Rega tersenyum memandangku.
“Hai Nang, Ga, Ris... Pa kabar kalian??”
“Kamu darimana aja sich Ra??” Haris balik nanya.
“Iya Ra. Kamu tega banget ya pergi gak pamitan ma kita-kita. Kamu beneran dari Jepang ni?” tambah Rega. Sedangkan Nanang hanya melihatku dalam diamnya.
Aku tersenyum melihat tingkah mereka yang gak berubah sedikit pun. “Kalian kangen ma aku ya?? Ampe’ segitunya...”
“Banget,,,” jawab Rega dan Haris hampir bersamaan.
“Kamu udah ketemu Raka, Ra?” tanya Nanang akhirnya buka suara.
oh iya, hampir aja aku lupa. Raka udah berubah, Ra. Kamu pasti kaget dech ngeliat perubahan Raka yang sekarang”, jelas Haris.
“Yang bener aja,,, dia kuliah di sini juga?”
“Sekelas bareng kita Ra. Hanya saja dia lagi gak pengen kuliah katanya. Lagi kangen ma kamu kali”, goda Rega.
“Gak mungkinlah dia kangen ma aku. Aku ini kan Rara, bukan siapa-siapanya dia” kataku sambil tersenyum.
“Dia beneran lagi nungguin kamu kok Ra, karna kamu. Karna cintanya ma kamu dia bisa jadi seperti sekarang ini”, jelas Nanang.
“Iya Ra, selama empat tahun ini tak seorang pun cewek yang pernah dekat ma dia. Semua karna kamu, Ra” tambah Rega. Aku hanya terdiam. Kemudian dosen pun masuk ke dalam kelas dan memulai aktivitas perkuliahan saat itu. Aku termenung memikirkan kata-kata mereka sesaat sebelum mengeluarkan buku catatanku.

****

Sesaat ku terpana melihat ketampanan sosok orang yang kini ada di hadapanku, yang sedang membelakangiku. Orang yang selama ini selalu aku rindukan,, yang selalu ada dalam pikiranku,, dan yang selalu aku harapkan berada di sisiku. Ia kini ada di hadapanku dengan sepotong gambar yang menyerupaiku.
“Siapa itu?” tanyaku padanya.
“Gadis yang selalu ada di hatiku”, jawabnya tanpa menolehku sedikit pun. Setelah beberapa detik baru ia tersadar dan menoleh ke arahku.
“Hai...” sapaku.
“Rara....!!!?” katanya sedikit tak percaya.
“Yupz,,, it’s me... bukan bayangan atau halusinasi, ini emang aku Raka. Aku Rara. Gak percaya??”
“Mmmm,,, nggak juga sich. Cuma kaget aja kamu ada di sini. Kamu kemana aja Ra...?”
Aku pun duduk di sampingnya. “Nggak kemana-mana kok, Cuma ke Jepang aja ikut mama papaku”, jawabku sambil tersenyum.
“Jadi kamu mahasiswi baru itu??” tanyanya sambil menatapku, sedang aku hanya tersenyum tak berkata apa-apa. Ia masih menatapku, seakan tak ingin aku tiba-tiba menghilang lagi. Aku pun menyentuh pipinya. ‘Kenapa ia bisa jadi sekurus ini?’ pikirku.
“Kamu kenapa bisa jadi sekurus ini sich?? Makannya gak teratur ya!?” ucapku. Ia masih menatapku. Aku semakin merasa tak enak dan ingin menarik tanganku. Tapi, ia menghentikannya. Ia memegang tanganku untuk tetap berada di sana.
“Aku kangen kamu, Ra”. Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibirnya.
“Iya,,, aku tau kok. Kita cari makan yuk,, aku laper banget ni...” kataku dan beranjak pergi. Dan kulihat ia pun sudah berdiri namun masih belum mengikuti langkahku.
“Ra,,,” panggilnya. Aku pun berhenti dan berbalik menghadapnya kembali. Entah gimana ceritanya,,, tiba-tiba aja ia mengecup pipiku. Emang dasar Raka...
“Iiiiiihhh.... Raka genit ah... ayo...!!” aku pun pergi dengan menggandeng tangannya. Ia tetap tersenyum dengan senyum termanis yang paling aku rindukan.
“Aku sayang banget ma kamu, Ra” ucapnya. Senyum termanis dan kata-kata terindah yang selalu kuimpikan, kini semuanya jadi nyata. Semuanya ada di sini, bersamanya.....


~~ The End ~~

0 komentar:

Posting Komentar