Empat tahun kemudian…..
“Ka,
kamu denger gak ada mahasiswi baru yang akan masuk ke kelas kita, satu
angkatan bareng kita Ka!!” kata Haris siang itu di parkiran kampus waktu
mereka lagi ngumpul seperti biasa, sebelum masuk kelas.
“Iya Ka, denger-denger sich tu cewek cantik banget. Pindahan dari jepang lagi”, goda Rega.
“Nang, aku nitip tugas aja ya”, kata Raka tak menggubris sedikit pun ocehan Rega dan Haris.
“Kamu gak masuk lagi Ka?” tanya nanang.
“Males
ah, aku lagi gak mood kuliah ni. Ntar kalo’ udah kelar kuliahnya,
temuin aku di taman depan ya...” ia pun beranjak pergi meninggalkan
ketiga temannya dan berjalan ke arah taman di depan kampusnya.
“Ka,,
beneran nich gak mau ngeliat mahasiswi baru itu??” tanya Haris lagi. Ia
tetap tak bergeming dan terus melangkah menjauhi ketiga temannya.
****
Aku
berjalan menyusuri lorong-lorong. Membuatku teringat kembali lima tahun
yang lalu, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Kenangan emang
sulit dilupakan... aku pun memasuki ruangan kelas itu dan duduk di kursi
yang terdepan. Entah perasaanku, entah apa. Aku merasa ada beberapa
pasang mata yang sedari tadi terus memperhatikanku.
“Jadi,
mahasiswi baru itu kamu ya Ra??” sapa seseorang dari belakangku. Aku
pun menoleh. Kulihat Nanang, Haris dan juga Rega tersenyum memandangku.
“Hai Nang, Ga, Ris... Pa kabar kalian??”
“Kamu darimana aja sich Ra??” Haris balik nanya.
“Iya
Ra. Kamu tega banget ya pergi gak pamitan ma kita-kita. Kamu beneran
dari Jepang ni?” tambah Rega. Sedangkan Nanang hanya melihatku dalam
diamnya.
Aku tersenyum melihat tingkah mereka yang gak berubah sedikit pun. “Kalian kangen ma aku ya?? Ampe’ segitunya...”
“Banget,,,” jawab Rega dan Haris hampir bersamaan.
“Kamu udah ketemu Raka, Ra?” tanya Nanang akhirnya buka suara.
“oh iya, hampir aja aku lupa. Raka udah berubah, Ra. Kamu pasti kaget dech ngeliat perubahan Raka yang sekarang”, jelas Haris.
“Yang bener aja,,, dia kuliah di sini juga?”
“Sekelas bareng kita Ra. Hanya saja dia lagi gak pengen kuliah katanya. Lagi kangen ma kamu kali”, goda Rega.
“Gak mungkinlah dia kangen ma aku. Aku ini kan Rara, bukan siapa-siapanya dia” kataku sambil tersenyum.
“Dia beneran lagi nungguin kamu kok Ra, karna kamu. Karna cintanya ma kamu dia bisa jadi seperti sekarang ini”, jelas Nanang.
“Iya
Ra, selama empat tahun ini tak seorang pun cewek yang pernah dekat ma
dia. Semua karna kamu, Ra” tambah Rega. Aku hanya terdiam. Kemudian
dosen pun masuk ke dalam kelas dan memulai aktivitas perkuliahan saat
itu. Aku termenung memikirkan kata-kata mereka sesaat sebelum
mengeluarkan buku catatanku.
****
Sesaat
ku terpana melihat ketampanan sosok orang yang kini ada di hadapanku,
yang sedang membelakangiku. Orang yang selama ini selalu aku rindukan,,
yang selalu ada dalam pikiranku,, dan yang selalu aku harapkan berada di
sisiku. Ia kini ada di hadapanku dengan sepotong gambar yang
menyerupaiku.
“Siapa itu?” tanyaku padanya.
“Gadis
yang selalu ada di hatiku”, jawabnya tanpa menolehku sedikit pun.
Setelah beberapa detik baru ia tersadar dan menoleh ke arahku.
“Hai...” sapaku.
“Rara....!!!?” katanya sedikit tak percaya.
“Yupz,,, it’s me... bukan bayangan atau halusinasi, ini emang aku Raka. Aku Rara. Gak percaya??”
“Mmmm,,, nggak juga sich. Cuma kaget aja kamu ada di sini. Kamu kemana aja Ra...?”
Aku pun duduk di sampingnya. “Nggak kemana-mana kok, Cuma ke Jepang aja ikut mama papaku”, jawabku sambil tersenyum.
“Jadi
kamu mahasiswi baru itu??” tanyanya sambil menatapku, sedang aku hanya
tersenyum tak berkata apa-apa. Ia masih menatapku, seakan tak ingin aku
tiba-tiba menghilang lagi. Aku pun menyentuh pipinya. ‘Kenapa ia bisa
jadi sekurus ini?’ pikirku.
“Kamu
kenapa bisa jadi sekurus ini sich?? Makannya gak teratur ya!?” ucapku.
Ia masih menatapku. Aku semakin merasa tak enak dan ingin menarik
tanganku. Tapi, ia menghentikannya. Ia memegang tanganku untuk tetap
berada di sana.
“Aku kangen kamu, Ra”. Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibirnya.
“Iya,,,
aku tau kok. Kita cari makan yuk,, aku laper banget ni...” kataku dan
beranjak pergi. Dan kulihat ia pun sudah berdiri namun masih belum
mengikuti langkahku.
“Ra,,,”
panggilnya. Aku pun berhenti dan berbalik menghadapnya kembali. Entah
gimana ceritanya,,, tiba-tiba aja ia mengecup pipiku. Emang dasar
Raka...
“Iiiiiihhh....
Raka genit ah... ayo...!!” aku pun pergi dengan menggandeng tangannya.
Ia tetap tersenyum dengan senyum termanis yang paling aku rindukan.
“Aku
sayang banget ma kamu, Ra” ucapnya. Senyum termanis dan kata-kata
terindah yang selalu kuimpikan, kini semuanya jadi nyata. Semuanya ada
di sini, bersamanya.....
~~ The End ~~
0 komentar:
Posting Komentar